Sabtu, 14 Januari 2017

JOMBLO






JOMBLO di era sekarang bisa menjadi bahan olok-olokan. Banyak pemahaman yang berseliweran di ranah pergaulan anak muda, “Gak trendy kalau gak punya gebetan.” Ada juga yang mengatakan, “Kurang macho kalau cowok gak punya pacar.” Dan bagi sebagian cewek, ia merasa gak laku kalau gak ada yang “nembak” ngajak pacaran.

Anak muda jatuh cinta memang manusiawi banget. Tetapi kalau solusinya pacaran itu jauh banget, gak nyambung. Cinta itu membuat hati tenang, tetapi pacaran malah sering menggelisahkan.


Cinta itu mengangkat derajat seseorang. Namun, adakah orang yang terangkat derajatnya lebih mulia karena pacaran? Cinta itu seharusnya membuat hidup lebih terencana, dan itu sangat sulit didapat saat pacaran. Saat berjumpa dengan pacar bukan untuk merencanakan hidup tetapi hanya sekedar mencari kebahagiaan yang semu. Merasa bahagia saat jumpa, gelisah ketika berpisah. Bila diajak ngobrol tentang rencana masa depan, komentarnya, “Sok tua banget sich kamu.


Gak asyik, ah!” Bahkan ada yang merasa, membicarakan sesuatu yang serius saat jumpa itu mengurangi romantisme dan kemesraan.Bila ditimbang-timbang dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih pacaran itu banyak ruginya. Bahkan bisa menjerumuskan dan menghancurkan masa depan pelakunya. Pihak yang sangat dirugikan biasanya lebih banyak wanita. Oleh karena itu, wahai para wanita, carilah suami bukan pacar. Dan, bagi lelaki, bila kau menghormati wanita sebagaimana kau menghormati ibumu, nikahilah wanita yang kuat menjaga kehormatannya bukan kau rendahkan dengan cara memacarinya.


Hidup adalah pilihan. Menikahlah bila kamu merasa sudah siap secara mental, ilmu dan spiritual. Tak perlu menunggu punya rumah, mobil dan segala kemewahan hidup untuk menikah. Hidup itu berproses. Dan menjalani proses bersama dengan pasangan hidup itu akan menambah kenikmatan hidup yang luar biasa.Bagi yang belum siap menikah maka persiapkanlah dengan penuh kesungguhan. Perkuat nyalimu, perdalam ilmumu, biasakanlah bekerja keras, tingkatkan kedekatanmu dengan Tuhanmu, sempurnakan terus mental dan akhlakmu. Carilah guru kehidupan yang bisa membimbingmu. Beradalah di lingkungan yang bisa mempercepat kematangan hidupmu.


Dikutip dari: mediaonlineislam.com

Rabu, 04 Januari 2017

SEPERTI APAKAH CINTA..?



Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat.

Dan tentunya kita semua pernah merasakan mencintai dan di cintai, namun sebaiknya kita lebih bijak dalam menempatkan sebuah perasaan, karena cinta yang semestinya adalah cinta yang di Ridhoi sang Illahi, dan jangan sampai karena terlena akan cinta, malah mendatangkan kita kepada murka sang Illahi.
Lantas bagaimana kah kita seharusnya menyikapi sebuah perasaan cinta..?

Berikut ini adalah penjelasan sekaligus pencerahan mengenai cinta yang Insya Allah mampu menjadi bahan introspeksi khususnya kepada diri pribadi dan umumnya kepada para pembaca.
Sebelum salah dalam mengaplikasikan sebuah perasaan cinta seharusnya kita mempelajari dulu hakikat cinta yang seperti apa dan bagaimana. Minimal kita tahu dasarnya supaya tidak salah dalam mendefinisikan serta menyikapi tentang perasaan cinta.

Cinta dalam pandangan islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang-orang beriman.

  • Diyakini dengan hati, yaitu cinta datang bukan berasal dari dorongan nafsu. Tetapi, cinta datangnya dari iman di dalam diri yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena cinta atas dasar nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa, kecuali kesengsaraan dan kehinaan yang berkepanjangan.
  • Diucapkan dengan lisan, yaitu cinta diucapkan kepada seseorang yang kita cintai, dan itu termasuk sunnah karena Rasulullah sendiri menganjurkannya. Namun ada aturannya, yaitu cinta diucapkan kepada yang sudah mukhrim (halal), teman yang shalih, dan yang paling penting adalah kepada orang tua.
  • Dibuktikan dengan tindakan, karena Rasulullah saw pernah berkata bahwa jika ada seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk dari pembuktian cintanya. Jika menyukai, segera nikahi. Tetapi kalau belum mampu, maka berpuasalah, Yaitu kendalikan nafsu dan cintai dalam diam. Itu semua demi menjaga kesucian diri sendiri dan kusucian dia yang dicintai.

Cinta secara hakikatnya jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita hanya untuk sesuatu yang kita cintai. Sedangkan cinta secara hakikatnya jika dipandang secara syari'at islam yaitu mencintai seseorang atas dasar ketaqwaan kita kepada Allah swt. Jadi, kalau bisa kita simpulkan dari dua pandangan tersebut bahwa, cinta secara hakikatnya yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita kepada Allah swt. dengan tujuan untuk kemaslahatan manusia.

Pada realitanya betapa banyak orang yang mengatakan cinta kepada Allah, namun sangat sedikit yang berani berkorban yang terbaik untuk-Nya dan agama-Nya. Untuk mendapatkan kesenangan dunia, kita berani berkorban apa saja milik kita yang terbaik. Namun untuk meraih kebahagiaan akhirat, surga dan ridha Allah kita hanya berkorban seadanya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut, tetapi cinta adalah anugerah Allah yang indah dan suci, jika manusia dapat menilai kesuciannya. Islam sangat menjaga kesucian cinta, sehingga tidak ada istilah pacaran. Tak perlu pacaran, karena jodoh sudah diatur. Yang terpenting adalah kita menata diri kita menjadi orang yang baik, dan insya Allah jodoh kita pun baik. Allah akan memberikan pasangan jiwa yang sesuai dengan perangai kita, jika ingin dapat yang baik, maka jadilah orang baik.