Minggu, 09 April 2017

Sholat Dhuha Yuuk...



Sholat Dhuha merupakan Shalat Sunnah yg dikerjakan minimal dua Raka’at dan bisa dikerjakan maksimal 12 Raka’at yg masing - masing dua Raka’atnya diakhiri dengan satu salam. Kemudian Waktu Sholat Dhuha sendiri bisa dikerjakan saat matahari sedang terbit atau tepatnya sekitar pukul 07.00 pagi sampai masuk waktu shalat Zhuhur lebih tepatnya kurang dari jam 12.00 siang sehingga jika ingin mengerjakan Sholat Dhuha ini ada baiknya sekitar jam 08:00 - 10:00 pagi.

Adapun Cara Mengerjakan Sholat Dhuha sendiri dilakukan seperti mengerjakan Sholat pada umumnya.
Yang pertama adalah membaca niat di dalam hati sembari takbiratul ihram, bisa mengucapkan niat menggunakan bahasa Arab maupun bahasa sendiri yang terpenting adalah memang niat untuk melakukan sholat dhuha.


Kemudian untuk berikutnya adalah membaca doa iftitah dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah:



Jika sudah selesai membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat pendek yang dihafal. Namun akan lebih afdol jika membaca surat Asy-Syams pada rakaat yang pertama:


Setelah itu Ruku, Itidal, Sujud dan kembali berdiri untuk mengerjakan raka'at kedua. Kemudian membaca surat Al-Fatihah, setelah membaca surat Al-Fatihah di raka'at kedua di lanjutkan dengan membaca surat Adh-Dhuha jika belum hafal boleh untuk menggantinya dengan surat pendek lainnya.


Setelah mengerjakan Sholat Dhuha selanjutnya bisa di sambung dengan Dzikir yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan di lanjutkan dengan membaca Do'a setelah sholat dhuha:


Semoga kita mampu untuk menjaga ke Istiqomahan kita dalam beribadah kepada Allah baik itu dalam mengerjakan yang wajib maupun yang sunnah. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 14 Januari 2017

JOMBLO






JOMBLO di era sekarang bisa menjadi bahan olok-olokan. Banyak pemahaman yang berseliweran di ranah pergaulan anak muda, “Gak trendy kalau gak punya gebetan.” Ada juga yang mengatakan, “Kurang macho kalau cowok gak punya pacar.” Dan bagi sebagian cewek, ia merasa gak laku kalau gak ada yang “nembak” ngajak pacaran.

Anak muda jatuh cinta memang manusiawi banget. Tetapi kalau solusinya pacaran itu jauh banget, gak nyambung. Cinta itu membuat hati tenang, tetapi pacaran malah sering menggelisahkan.


Cinta itu mengangkat derajat seseorang. Namun, adakah orang yang terangkat derajatnya lebih mulia karena pacaran? Cinta itu seharusnya membuat hidup lebih terencana, dan itu sangat sulit didapat saat pacaran. Saat berjumpa dengan pacar bukan untuk merencanakan hidup tetapi hanya sekedar mencari kebahagiaan yang semu. Merasa bahagia saat jumpa, gelisah ketika berpisah. Bila diajak ngobrol tentang rencana masa depan, komentarnya, “Sok tua banget sich kamu.


Gak asyik, ah!” Bahkan ada yang merasa, membicarakan sesuatu yang serius saat jumpa itu mengurangi romantisme dan kemesraan.Bila ditimbang-timbang dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih pacaran itu banyak ruginya. Bahkan bisa menjerumuskan dan menghancurkan masa depan pelakunya. Pihak yang sangat dirugikan biasanya lebih banyak wanita. Oleh karena itu, wahai para wanita, carilah suami bukan pacar. Dan, bagi lelaki, bila kau menghormati wanita sebagaimana kau menghormati ibumu, nikahilah wanita yang kuat menjaga kehormatannya bukan kau rendahkan dengan cara memacarinya.


Hidup adalah pilihan. Menikahlah bila kamu merasa sudah siap secara mental, ilmu dan spiritual. Tak perlu menunggu punya rumah, mobil dan segala kemewahan hidup untuk menikah. Hidup itu berproses. Dan menjalani proses bersama dengan pasangan hidup itu akan menambah kenikmatan hidup yang luar biasa.Bagi yang belum siap menikah maka persiapkanlah dengan penuh kesungguhan. Perkuat nyalimu, perdalam ilmumu, biasakanlah bekerja keras, tingkatkan kedekatanmu dengan Tuhanmu, sempurnakan terus mental dan akhlakmu. Carilah guru kehidupan yang bisa membimbingmu. Beradalah di lingkungan yang bisa mempercepat kematangan hidupmu.


Dikutip dari: mediaonlineislam.com

Rabu, 04 Januari 2017

SEPERTI APAKAH CINTA..?



Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat.

Dan tentunya kita semua pernah merasakan mencintai dan di cintai, namun sebaiknya kita lebih bijak dalam menempatkan sebuah perasaan, karena cinta yang semestinya adalah cinta yang di Ridhoi sang Illahi, dan jangan sampai karena terlena akan cinta, malah mendatangkan kita kepada murka sang Illahi.
Lantas bagaimana kah kita seharusnya menyikapi sebuah perasaan cinta..?

Berikut ini adalah penjelasan sekaligus pencerahan mengenai cinta yang Insya Allah mampu menjadi bahan introspeksi khususnya kepada diri pribadi dan umumnya kepada para pembaca.
Sebelum salah dalam mengaplikasikan sebuah perasaan cinta seharusnya kita mempelajari dulu hakikat cinta yang seperti apa dan bagaimana. Minimal kita tahu dasarnya supaya tidak salah dalam mendefinisikan serta menyikapi tentang perasaan cinta.

Cinta dalam pandangan islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang-orang beriman.

  • Diyakini dengan hati, yaitu cinta datang bukan berasal dari dorongan nafsu. Tetapi, cinta datangnya dari iman di dalam diri yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena cinta atas dasar nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa, kecuali kesengsaraan dan kehinaan yang berkepanjangan.
  • Diucapkan dengan lisan, yaitu cinta diucapkan kepada seseorang yang kita cintai, dan itu termasuk sunnah karena Rasulullah sendiri menganjurkannya. Namun ada aturannya, yaitu cinta diucapkan kepada yang sudah mukhrim (halal), teman yang shalih, dan yang paling penting adalah kepada orang tua.
  • Dibuktikan dengan tindakan, karena Rasulullah saw pernah berkata bahwa jika ada seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk dari pembuktian cintanya. Jika menyukai, segera nikahi. Tetapi kalau belum mampu, maka berpuasalah, Yaitu kendalikan nafsu dan cintai dalam diam. Itu semua demi menjaga kesucian diri sendiri dan kusucian dia yang dicintai.

Cinta secara hakikatnya jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita hanya untuk sesuatu yang kita cintai. Sedangkan cinta secara hakikatnya jika dipandang secara syari'at islam yaitu mencintai seseorang atas dasar ketaqwaan kita kepada Allah swt. Jadi, kalau bisa kita simpulkan dari dua pandangan tersebut bahwa, cinta secara hakikatnya yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita kepada Allah swt. dengan tujuan untuk kemaslahatan manusia.

Pada realitanya betapa banyak orang yang mengatakan cinta kepada Allah, namun sangat sedikit yang berani berkorban yang terbaik untuk-Nya dan agama-Nya. Untuk mendapatkan kesenangan dunia, kita berani berkorban apa saja milik kita yang terbaik. Namun untuk meraih kebahagiaan akhirat, surga dan ridha Allah kita hanya berkorban seadanya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut, tetapi cinta adalah anugerah Allah yang indah dan suci, jika manusia dapat menilai kesuciannya. Islam sangat menjaga kesucian cinta, sehingga tidak ada istilah pacaran. Tak perlu pacaran, karena jodoh sudah diatur. Yang terpenting adalah kita menata diri kita menjadi orang yang baik, dan insya Allah jodoh kita pun baik. Allah akan memberikan pasangan jiwa yang sesuai dengan perangai kita, jika ingin dapat yang baik, maka jadilah orang baik.

Jumat, 11 November 2016

KARENA HAKIKAT CINTA BUKANLAH UNTUK BERPACARAN



Katakan Tidak Untuk Pacaran

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa disebut dengan pacaran. Berikut adalah beberapa tinjauan syari’at Islam mengenai pacaran.

Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina

Dalam Al-Qur'an Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang, tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”
Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan (perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, berjabat tangan, berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan


Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )

Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31) 

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama di atas mengatakan, ”Ayat ini merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Janganlah mereka melihat kecuali pada apa yang dihalalkan bagi mereka untuk dilihat (yaitu pada istri dan mahromnya). Hendaklah mereka juga menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram. Jika memang mereka tiba-tiba melihat sesuatu yang haram itu dengan tidak sengaja, maka hendaklah mereka memalingkan pandangannya dengan segera.”

Ketika menafsirkan ayat kedua di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan,”Firman Allah (yang artinya) ‘katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka’ yaitu hendaklah mereka menundukkannya dari apa yang Allah haramkan dengan melihat kepada orang lain selain suaminya. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh seorang wanita melihat laki-laki lain (selain suami atau mahromnya, pen) baik dengan syahwat dan tanpa syahwat. … Sebagian ulama lainnya berpendapat tentang bolehnya melihat laki-laki lain dengan tanpa syahwat.”

Lalu Bagaimana Jika Tidak Sengaja Memandang Lawan jenis?


Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim no. 5770)

Faedah dari menundukkan pandangan, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat An Nur ayat 30 (yang artinya) “yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka” yaitu dengan menundukkan pandangan akan lebih membersihkan hati dan lebih menjaga agama orang-orang yang beriman. Inilah yang dikatakan oleh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmati beliau- ketika menafsirkan ayat ini. –Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk menundukkan pandangan sehingga hati dan agama kita selalu terjaga kesuciannya.

Allah Memerintahkan kepada Wanita untuk Menutup Auratnya


Allah berfirman,


يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)


وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31).

Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Atho’ bin Abi Robbah bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan. (Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amr Abdul Mun’im Salim)

Agama Islam Melarang Berduaan Dengan Lawan Jenis


Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

Senin, 29 Agustus 2016

Mencintai Cukup Dengan Biasa



Cinta?

Sebongkah rasa yang tak mampu kucerna, datang dan pergi tanpa mampu di duga.
Namun, ku yakin ia tetaplah anugrah. Karena tanpa cinta, hidup serasa derita.
Akupun tak menampik, betapa indah cinta dan mencinta. Namun dalam ungkapkannya Ku tak sanggup memahatnya ke dalam untaian kata yang penuh dengan romansa.
Hanya kepada-Nya tak henti diri ini memohon yang terbaik atas izin-Nya, karena segala yang ada hanyalah hamparan rasa. Dan dengan ridho-Nya lah rasa itu kan tercipta.

Namun...
Haruskah saat rasa itu menyelimuti, mata ini dibutakan?
Ketika cahayanya merekah, haruskah nurani dihinakan?
Untukku, mencintainya cukuplah dengan biasa. Takkan ada kalimat rayu mengiba, takkan pula ada harap yang 'kan melukis perihnya luka. Cukup dengan mengukir namanya di atas sajadah, yang 'kan menjadikannya bait-bait doa nan indah.

Bagiku jatuh cinta padanya cukuplah dengan biasa. Dan tak perlu ungkapan rasa yang mampu menumbuhkan duri di dada, tak butuh setangkai pujian yang kan menyemai riya di hati. Kumencintai dangan cara yang biasa, karena ku tahu akhirnya nanti takdir Ilahi lah yang terjadi.

Ku mencintai dia yang biasa. Ku takkan pernah berharap dia menjadi yang sempurna, karena sedikit kelebihanpun aku tak punya. Ku takkan terpikat pada hati yang merasa dirinya luar biasa. Ku hanya mencintainya karena dia begitu biasa, sangat sederhana. Karena yang ingin ku dapati adalah dia yang penuh taat menjaga amanah dari pencipta-Nya.
Mencintai dengan biasa, maka ku tak mau ada nafsu yang membalut rasa.

Karena segalanya akan indah, saat kelak dia menjadi ma'mum dan aku imamnya nantinya.
Karena cintaku padanya biasa, maka...
Tak ada tatapan rindu menggelora.
Tak ada ungkapan cinta menggoda.
Takkan ada ikatan semu sehina pacaran, karena ku hanya ingin menggapainya dalam alunan halal pernikahan.
Tak ada pula pertemuan, sebelum ijab dilafadzkan.

Jika takdir-Nya tak menyatukan dia denganku.
Maka diri ini menanggapinya pun dengan biasa.
Tanpa air mata.
Tanpa rasa sesak di dada.
Tanpa di selimuti luka di jiwa.
Dan tanpa kebencian yang menggelora.
Mencintai dengan biasa. Cukup disini, di relung hati. Tak butuh ada yang tahu, bahkan dia yang di cintapun tak perlu tahu.

Mencintai dengan biasa, dengan menitipkan rasa cinta ini pada-Nya ialah ALLAH Sang Pemilik Cinta.
Hingga tiba saatnya nanti, jika Dia berkenan menyatukan kita dalam indahnya ikatan suci.
Maka ketika ijab telah terucap..
Ketika hijab sudah tersingkap..
Ketika cintanya memilihku..
Maka, aku akan mencintai dia dengan luar biasa..

Sabtu, 27 Agustus 2016

Teruntuk Sang Pelumpuh Hati



Ku lukis kata untukmu yang terindah, seindah do'a di waktu duha. Seuntai kata yang terangkai dari tinta air mata, kata yang 'kan melembutkan hati para penghuni surga.

Bismillah...

Teruntuk engkau yang telah melumpuhkan hatiku.
Tak terasa detik waktu mengalun berirama dan ku masih memendam rasa, rasa yang aku tak mengerti apakah ini anugerah atau malah ujian dari-Nya. Seperti yang engkau tahu duhai yang telah melumpuhkan hatiku, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha untuk tak acuh padamu. Saat di hadapanmu, aku ingin tetap berlaku seperti biasa walau butuh usaha untuk mencapainya.

Duhai engkau yang melumpuhkan hatiku.
Aku takut hadirnya cinta dapat sejenak melupakan-Nya, jika boleh berdoa, mungkin aku ingin meminta agar Dia mengembalikan sang waktu supaya aku mampu mengatur saat-saat pertemuan itu hingga tak ada tatapan pertama yang membuat hati ini selalu mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja sanggup meluluhkan hati. Andai aku buta, tentu itu lebih baik daripada harus lumpuh seperti ini.

Duhai engkau yang melumpuhkan hatiku.
Aku tahu segala sesuatu terjadi atas izin-Nya Azza Wa Jalla, termasuk sesuatu yang kini tengah terukir indah di dada. Aku yang dahulu tak mengerti cinta itu apa dan bagaimana, kini merasakannya. Merasakan lembutnya sentuhan do'a yang engkau lafadzkan di atas sajadah.

Duhai engkau yang melumpuhkan hatiku.
Maafkan lemahnya iman ini yang tak sanggup menepis bayangmu meski dalam sujud-sujud malamku, maaf apabila diri ini rapuh. Aku bukanlah seorang yang berupa atau bertahta, bukan jua seorang yang memiliki harta dan nama terjaga. Ku hanya seorang lelaki biasa yang tertatih di jalan dakwah, mendapatkan hati tulus yang mencintai atas nama Tuhannya. Mencintai wanita yang nanti akan kuseka airmatanya, kubelai rambutnya, dan kukecup keningnya.

Inginku meminta padamu duhai yang telah melumpuhkan hatiku, sudikah engkau menunggu hingga aku siap dengan tegak mengkhitbahmu dan kau pun siap dengan pinanganku? Izinkan aku yang tak sempurna dan jauh dari atas sana menyempurnakanmu, perbolehkan aku yang biasa dan berjarak dari indah ini memuliakanmu dengan caraku, kuharap nanti 'kan ada secercah cahaya-Nya menuju, dan 'kan kusiapkan langkah terbaik untuk menemanimu. Duhai engkau yang telah melumpuhkan hatiku.

Temani aku dalam perahu kehidupan yang 'kan mendayuh setelah kau utuh untukku, di mana kita akan mencoba yang terbaik sampai kita tak lagi mampu dan akhirnya berlabuh. Ingin kurayu sosok shalihah dirimu, ingin kusentuh jemari bergantung tasbihmu, ingin kudengar suara lembut tundukmu, ingin kulengkapi kau dengan ijab cintaku, sungguh meski tertatih 'kan kunanti hari itu.

Duhai engkau yang telah melumpuhkan hatiku..

Jumat, 26 Agustus 2016

Fatamorgana



Ketika tahta menguasai jiwa..
Ketika mimpi tak beralas hati nurani..
Tak peduli atas nasehat yang ada..
Hingga Allah sang pencipta dianggap tiada..

Saat logika berpikir nafas tak berakhir..
Saat jiwa merasa menang tak kan ada lawan..
Tak ada rasa takut akan hari kemudian..
Karna rasa itu tlah tertutup bisikan syetan..

Sadarlah wahai jiwa yang zolim..
Sadarlah wahai jiwa yang penuh dosa..

Kesenangan yang kau rasa bagaikan fatamorgana..
Surga yang kau rasa di dunia, sesungguhnya jalanmu ke neraka..
Segeralah bersujud mohon ampunan-NYA..
dan pergunakan waktu yang sebaik-baiknya..
Sebelum nyawa terlepas dari raga..
Hingga akhirnya penyesalanlah yang ada..